Thursday, July 29, 2010

Teratai Layu di Tasik Madu


Apakah ada kesedihan di raut wajahmu
Hingga semilir anginpun terasa
Ada pilu yang sebenarnya hendakpun kau sampaikan


Petang ini
Surya terbeliak menatap dahi hingga berasap
Tunggul kayu timbul tenggelam
Menari di irama tirta hutan perawan

Mengapa engkau gelisah
Dan di saat ku ayun tanya inipun kau masih diam
Jauh dari biasanya
Yang menyapaku di kepak daunmu
Di lambai bungamu

Kenapa jadi begini
Saat ku jumpa dikau termenung dalam sendiri
Tak beseri

Inginku tanya pada alam
Gerangan apa
Bisikkan bait bait jawaban

Teratai layu di tasik madu
Kau tetap diam

Diam

Dan diam

----------------------------------------------------------------
lonk

Tuesday, July 27, 2010

Senja di Bumi Menak


Ada jingga menyentuh kaki langit
Kala mata ini terpandang
Jejak surya tidur tenggelam di peluk cakrawala
Burung burung terbang pulang ke sarang
Satwa bersahut meniti di ujung peraduan

Tinggallah mata ini di sendiri
Di hidang sepi di hampar kuning
Di lenggok tarian sawah padi menjemput malam
Oh
Senjamu di bumi Menak

Kurasa anganku tlah larut
Surut
Menatap cinta yang tertinggal didirimu
Membalas salam dari jauh yang menggaung
Terkepung di lingkar gunung ganang

Para petarung hidup tlah berlabuh
Berpulang sejenak mencanda lumpur melukis tanah
Penat lelah
Menggali nasib yang tak selurus pematang sawah

Oh
Senjamu di bumi Menak
Bayang mengalun di pucuk kangen
Mencurah di derai rindu merindu
Ya
rindu yang serindu rindunya

Ah
Aku tak kuasa
Aku tak berdaya
Aku ingin mengulangnya
Entah bila

Di Senjamu di Bumi Menak

-----------------------------------------
by Lonk

Saturday, July 24, 2010

TIBAN (sang laga tua)



Tabuh rentak
Irama sorak kepung gerak
Dwi raga tegak bersemuka
Maju yang beradu


Janur gunung tinggallah tulang
Mata ujung kira sebatang
Ikat
Jelmakan cemeti para ksatria

Jiwa jiwa jantan
Petarung sejati beraksi
Atur langkah
Lengahmu padah

Gelegar cambuk belah ari
Pedih
Memang
Tak sepedih hilangnya dimuka negeri
Sayat menganga luka dicipta
Sakit
Benar
Tak sesakit lupamu sang generasi

Kayu lobang pengiring laga
Kecut
Saksi bisu darah tumpah
Tradisi usang yang kian punah
Ranah
Mengapa?
Entah…..

-----------------------
by Lonk

Friday, July 23, 2010

CUCU CANDU


Ku pegang kau dengan gairah
Batang batang cucu candu
Ku buka
Ku cium tanpa syahwat

Tunggu
Biar ku sulut lentera
Rasakan
Kau terbakar

Ku cengkam kau dengan puas
Pangkal batang pucuk api
Ku lumat
Ku hisap tanpa nafsu

Huh
Wangi aroma menagih
Kepul kabut kecil tak irama
Ku buat bulat
Biar ku nikmat dikau disekilas


-------------------------------
by Lonk

INIKAH RUMAHKU?


Pacak dua tertancap dimakan rayap
Ilalang tinggi
selubung tonggak kayu arah utara
merimbun
di gunduk tanah tak terjamah sang waris
Inikah nanti rumahku?

Lereng terjal bukit jalan berbatu
sunyi senyap
lembab pengap
dan heninglah seperti biasanya
Terjauh dari kiriman doa doa
Inikah nanti rumahku?

Kisah yang tertulis
adalah desah flamboyan pada jirannya
Kidung lumut bercengkerama dengan daun bambu
tentang sedih satu jasad yang tiada

Rintih yang tak terdengar
Rindu yang tak tersahut
Mengeluh
pada pijak pijak kaki
sekedar bersua
menanti ujung di hari raya

Inikah nanti rumahku?
Dan inikah nanti rumahmu?



-----------------------------------

Copyright. Lonk .



Wednesday, July 21, 2010

* Bidadari Gelap Malam *




Bibir merah di basah basah
Tersungging tak bertepi
Rona wajah
Menyapu jalang
Lalu lalang


Manis itu tipu

Sapa sayup mata redup
Sepertinya ada yang hilang
Apa itu resah ?
Apa harga diri ?

Lelahlah,,,
Dan penatlah sudah berpetualang di jarah miang
Di perbudak jiwa jiwa gersang
Kenapa
Kau izinkan desahmu
Di nilai dengan tanda harga
Apa itu terpuji ?

Jangan kau beri makan anakmu dengan bangkai
Nanti dia sakit
sakit jiwanya

Jangan kau beri minum anakmu dengan racun
Nanti mati
mati akhlaknya

Jangan kau belikan dia hidup
Yang kelunturan dosa dosa

Berapakah nilai harga diri kita ?
Saya bertanya

-----------------------------------
by Lonk

* Rama -Rama Merah Jingga *


Rama rama merah jingga
Cengkam lentik kakimu bertengger
Merayu di mekar pipi bunga
Jari
Jemari
Hingas
Beringas
Menggelitik putik merindu
Kuntum lara meragam jiwa

Kepak sayapmu
Bawalah kembangku, terbang meniti langit
Hinggap
Menembus putih di awan awan

Biarkan senyum merekah

Warna warna
Mainkan kuasmu di lembar kelopak pelangi
Menjadi garis
Larik larik kasih
Dan antarkan ia menyusun indah

Jika perlu
Ajaklah singgah di tepi lupa
Pada esok hari
Tika senja
Kala layu
Tentang sedih
Dari yang tertinggalkan

Rama rama merah jingga
Aku hanya berkirim salam

-----------------------------
by Lonk

Tuesday, July 20, 2010

*** Yang Terhormat***


Tepuk-tepuk balik tangan
Senandung irama terpinggir
Bueeehh,,meludahlah kelangit terbasah mukamu bau comberan


Hari ini tak ada puisi rindu
Makan saja sumpahanku dari sajak-sajak kematian

Jari-jari setan menunjuk muka langit
Mengharap kaki bertekuk
Hahahaha,,jangan kau buat aku tertawa

Kata menghentak serak
Jerit-jerit bisu teriak
Generasi pilu berontak,,, enyah kau,,!!!
Nyawa -nyawa tak berguna buang saja dari badan nista


Iramaku gemertak dikepal tinjuku
Jangan kau dekat nanti sekarat
Pulang saja ke tempatmu tengah dua tiang di tepi perbukitan

Tepuk-tepuk tangan pengikut jahanam
Tlah ditulis rajahmu
Dari ludah raja sakti penguasa ketidak adilan
Berapa harga otakmu,,, akan ku beli
Buat sarapan anjing liar tengah kota

Hari ini tlah habis syair-syair cinta
Telan suaramu biar kau kenyang dan panjang usia

Jangan kau marah
Lihat,,, mukamu merah berbau tanah
Jangan kau tertawa
Lihat,,gigi kuning nanah pasti santapanmu tiada berkah

Lidah-lidah api menjulur
Terpotong bercabang dua
Tlah tumbuh taring mendesis dan melata
Belit sana belit sini,,belit kakiku hilang kepalamu

Iramaku naik turun jangan kau bingung
Aku hanya mengumpat,,bangsat
Jangan kau menjilat,,,laknat

Wooee,,,lihat tuanmu sudah tiba
Pergi sana cium kaki dan minum susunya

Dasar,,YANG DIPERCAYA YANG TAK BERGUNA

---------------------------------------------------

by Lonk

( Sumpahan generasi sehat tersalah tempat )

*** DUH ***



Duh sang murbo ing dumadi
Gerangan apa yang salah pada mataku
Harus melihat gagak-gagak liar mencabik
Dan menelan rasa manusiawi tanpa harus mengunyahnya


Nampaknya begitu gampang
Mungkin saja kau punya Surat Ijin Menganiaya

Para gagak botak-botak
Mengkilap kepalamu menyilaukan seganku
Mulutmu berbau amis
Tanganmu berbasuh darah
Darah keladi yang kau cabut kau bilang gatal
Meski sebenarnya dia itu diam

Duh sang murbo ing dumadi
Negeri wayang pasrah
Dalang congkak megah "akulah yang berkuasa"

Hidup terjajah di alam jin
Tertelan sudah biji sengketa
Sangkut
Ah,,sudahlah
Pergilah kau mati saja

---------------------------------------
by Lonk

Sunday, July 18, 2010

*** Mutiara Tertinggalkan***


Lama sudah kaki melangkah
memuas asa pada gemerlap
yang aku sendiri tak yakin itu apa.
Dalam hening kala sunyi aku tak berdaya
ada sedih 
menindih sungkawa ini hingga luluh dan menjadi lemah
Aku rindu
pada belaian tangan-tangan legam
yang dengan kasih me-nina bobokkanku.

Rindu pada suara-suara serak yang berdongeng
tentang si kancil
atau tentang si pinokio.

Aku kangen...
Kangen pada sosok yang mengenalkanku pada hidup
memarahiku dengan kasih
yang tanpa lelah menuntunku untuk berjalan dan bertahan.
Namun sekarang aku masih di sini
jauh dan jauh
sepi dan sepi.
Katanya rambutmu tlah putih

katanya gigimu tlah ompong.
Aku sedih,,
kenapa semua itu hanya katanya dan katanya.

Kemana aku selama ini?
Apa yang aku cari?


Maafkan aku,
Ayah,
Ibu

Mataku tlah gelap pada ilusi
hingga sebenar mutiara telahpun tertinggalkan
sudahpun terlupakan.



Aku ingin bersimpuh,
aku ingin bersujud
Mengharap belas kasihmu untuk termaafkan
Ampun beribu ampun,
hamba mohon harap di ampun

Tapi apakah itu cukup untuk menghapus dosa-dosa?


Dari zuriat seperti aku
yang sudah selayak si Malin Kundang


---------------------------------------------------
Copyright.Lonk



*** Cinta Antara Dua Kasta ***


Bacalah tulisan ini
Tapi jangan padaku kau terkenang
Usir saja angan itu
Karena ia khan membuatmu merindu

Saat kubisikkan kata-kata ini
Jangan padaku kau berharap
Karena itu khan membuatmu melara

Pada indah yang dulu pernah kita rasa

Rindu yang tlah terbelah, kasih yang tak tercantum
Kala sisi kenyataan tlah berkata lain
Mampukah untuk berontak
Mengubah segala adat itu memihak pada kita

Ibarat langit dan bumi, umpama gunung dan jurang

Ada selaksa perbedaan yang berdiri kukuh
Begitu kuat,,,
Tak setanding walau dengan sebuah tekad cinta

Aku sudah menyerah
Aku sudah lemah
Ini hanyalah berujung tentang satu kepedihan
Bak hikayat Jaka Tarub dan selendang bidadarinya

Baca tulisan ini,,
Tapi jangan padaku kau menunggu
Anggap saja ini akhir kisah
Tentang CINTA ANTARA DUA KASTA

------------------------------------
by Lonk


**Aku Anak Negeri***



Aku
anak negeri tersesat
terpaksa berguru pada maling
penyamun
dan pendurhaka

Lidahku api
coba kau dengar suaraku
maka terbakar kau 
mati dan menjadi budakku
Bertekuk lutut gemetar di antara tetes-tetes air liurku


Aku
Anak negri tersudut
diajar para badut;pesulap;perekayasa
tanganku secepat kilat
mampu mengubah salah menjadi benar tanpa kau menyadarinya

Aku anak negri yang perkasa
yang buta melihat keadaan
yang tuli mendengar rintihan
yang tertawa diatas ketidakadilan

Siapa mau melawanku?
Tahukah kamu
kebenaran itu milikku 
undang-undang itu milik bapakku
Jangan kau teriak
nanti dipotong tanganmu
disumbat mulutmu
lumpuh kakimu.

Hahahaha
Akulah anak negeri bejat hasil karya orang-orang terhormat
Tak percaya?
Tanyakan saja pada para penciptaku

-------------------------------------------
by Lonk

Friday, July 16, 2010

*** SEBELUM TIDUR ***



Sebelum tidur
penggal kisah
Tentang kemarin juga semalam
biarku lelap

Selepas ini 
pada mata ku berkata
"pejam lelahku pergilah bersandar"
Setelah ini 
pada mimpi aku berjanji
kubawa indah bercanda bersama

Sebelum tidur
Aku undang kumpulan rindu
dan bertanya 
tentang khabar esok hari

.............................
Lonk.

HITAM



Hitam
jamah tuju senja
sembunyi hampiri malam
Muka berdaki tak sempat sebut nama Tuhannya

Hitam
terpuruk dalam megah
tawa sebenarnya tangis
coba tipu diri sendiri
mana bisa


Legam debu hampar nodamu
tidakkah mampu cipta pematang sesal
Lihat! kaki langit kian dekat
sedikit waktu cium bumi

Hitam
mahkota kau agungkan
sedang kau pergi kapankapan.

Sebenarnya apa yang kau tunggu?
Hitam

----------------------------------------
by Lonk 

Sukma Mengembara




Aku yang pergi
saat cemara kecil mengeluh mempertanyakan cinta
pada angin yang terisak kala selembar daun jatuh
aku tlah pergi


Hilangku bukan tanpa arah

Tapi terbang menuju langit dimana putih itu bersemayam
dimana abadi akan di kenang
Jangan kau menangis
Aku tinggalkanmu bukan karna tak sayang
Tanyakan pada embun
Tanyakan saja pada gulita
Betapa bersimpul tulus hati  tentang setia
Pergi adalah panggilan yang tak mampu untuk berjanji
walau sebenar itu tiada rela


Lihatlah dirimu
kenapa kau bersedih?
Air mata itu khan mencengkam langkahku menjadi berat
Lihatlah dirimu
kenapa kau berduka?
Rintihan itu tlah menutup pintu hingga aku tak di terima
Tersenyumlah sayangku lihatlah
aku yang terbang di langit bersama camar di celah awan
Mendekap rindumu memeluk setiamu
mencium wangi kasih dari do'amu


Bila kau ingatkanku
taburkan saja bebunga hati diatas pusara cinta
aku khan datang
walau sekedar dalam mimpi kala kau terlena
Relakan pergiku
yang hilang itu hanyalah raga bukan sukma dari cinta kita
Aku berjanji
bila rindu akan kutitip salam pada angin
pada kunang-kunang
biar ditanam ditaman hatimu
dan tumbuh menjadi pohon nostalgia


Pergiku tak kembali janganlah kau tangisi
Setiamu abadi takkan mungkin aku ingkari
Tabahkanlah

-------------------------------------------
Copyright://Lonk. Dblog ala Lonk



Thursday, July 15, 2010

Anarky Subuh Hari



Hanya cerita disaat mata ini dengan terpaksa melihatnya
--------------------------------------------------

Temaram sinar di lorong gelap,
Di ujung simpang lampu merah perempatan jalan,
Lusuh,dekil,terdekap setumpuk koran di pelukmu si bocah kecil.

Setapak dia melangkah, lalu terduduk diam ,seakan berfikir
sepertinya sedang menghitung resah,
Perlahan dia bangkit,melangkah dengan seuntai kecelaruan,,
" Koran, koran", garau suaramu memecah hati yang mungkin masih kau harap berperasaan.

Detik berganti,waktu berlalu,apakan daya.
Suaramu di telinga mereka seperti "angin". Rintihmu di hidung mereka berbau "busuk"
Dirimu di mata mereka selayaknya "sampah".
Jeritmu yang membelah nurani sepertinya tiada mampu merayu hati yang sememangnya penuh ketidak perdulian.
"Kuatkan hatimu nak,"
hidup ini sememangnya timbunan selaksa keangkuhan.....

Terduduk kembali terjajah diri, terhina malam,,
Tetes bening yang sesungguhnya tiada rela,
akhirnya hadir juga membasah pipi, 
Melebur pasrah ,terhimpit di antara ketidak berdayaan.

INI SALAH SIAPA?

Di sudut sana,,,
Hiruk-pikuk tergelak tawa di terang lampu neon.
Barisan mulut-mulut yang tak henti berkoar dan bangga akan dirinya.
Golongan elit,katanya, borjuis ngakunya,
Huhh,sungguh memalukan,,

Masih bisa engkau tertawa, di saat pasang-pasang matamu terbelalak melihat berita tentang bencana, tentang kelaparan dan tentang tangisan.
Buncit perutmu yang seperti mau meledak,masih tak mengenal halal dan haram.
"Keangkuhan sudah memotong lidahmu menjadi bisu untuk perduli dan berkata benar"
"Kekayaan tlah mencongkel keluar matamu hingga kau menjadi buta",
"Otakmu sudah terbalik karna kecelakaan akhlak dan tata susila"

Sebuah pemandangan yang mengenaskan dari orang-orang yang mengaku berkelas dan berpendidikan..
Walau sebenarnya : 
anda lah" KASTA SUDRA" yang sesungguhnya.

INI SALAH SIAPA?

Di sudut lainnya,,
Kelap-kelip lampu berputar, yang katanya Dunia Gemerlapan.
Muda-mudi berjejal di ujung sesat,tergiur tarian-tarian setan,
Rebah
Tunduk dan menyerah anak negriku disumpah tudingan zaman.
Generasi dari orang-orang "perut Buncit" yang tak sempat menggurui anak-anaknya,
Mereka merasa uang bukan masalah,
Tangan tengadah, setumpuk uang dalam genggaman,
Yang tak becus mencari,hanya menghambur dan menikmati.

INI SALAH SIAPA?

Huuuhh...
Sungguh kisah negeri antah barantah!
Yang megah hanya di dalam film, yang indah hanya di dalam sinetron.
Heran,masih saja ada "kepala" yang tak malu bicara tentang "kemanusiaan,prestasi dan pembangunan".

Kemanusiaan, untuk siapa? 
Mana buktinya?
Prestasi, apa? 
Mana hasilnya?
Pembangunan, di mana? 
Apa gunanya?

Sepertinya "tangan" dan "kaki" kita harus memijak "mata, mulut dan bual " mereka biar terbangun,
Dan tersadar melihat kenyataan.


Ternyata hidup ini penuh dengan 
"PELAWAK AKHIR JAMAN" 

---------------------------------------------------------------
by Lonk

Sunday, July 4, 2010

Lelah



Pucuk ilalang tancap perih langkah hidup
Meringis pedih tahan sendu dadaduka
Tersudut ujung simpang kala harus memilih
hati;
cinta;
atau hidupnya

Seperti inikah hidup?
menghakimi karena sebuah igauan
menyakiti dengan airmata keterpaksaan

Senandung pilu nyanyian rindu hampir terpejam
lelah sudah kidung dibelai angin
hancur sudah desah dihantam badai 
samudra puncak khayalan

Aku hanya mampu bersiul
meski tak ada suara
Aku hanya bisa berbisik
ku tahu takkan ada yang sudi mendengarnya.

Siapalah aku
"SEBUAH NALURI YANG INGIN TERBANG SEPERTI KUNANG-KUNANG".


----------------------------------------------------------
by Lonk 

BERBAGI DAN SALING BELAJAR