Sunday, October 31, 2010

Layang Layang Merahku



”Jika itu maumu terbanglah”
“turuti angin”
“ ikuti awan awan  tanpa arah”

termangu
digelisah telapak kaku
mendesah
diselepas pisah itu
Pergimu adalah kala putus lembut temali
tika simpul enggan tercantum lagi


Harus berkata apa aku pada hampar hijau
pucuk menguning
bahkan larik larik pematang
andai mereka bertanya tentang kabarmu
esok hari

Apa perlu kubilang
“Lihat..”
“Layang layang merahku menari tinggi dilangit biru”
“bergiwang renda renda berkalung mega laksa kelabu”

Lalu bagaimana pula aku berkisah pada gubuk
orang orang sawah
pada topi petani
pada rumput kanan kiri
yang sedari tadi tak begitu jelas melihatnya


(dan ketika pipit melintas tangan itupun lalu melambai tiba tiba)

…………………………………………

Lonk 2010 . (ekspresi kisah
)

Friday, October 29, 2010

* Simphony Nada Cinta *




 Irama denting rindu
menagih dendang syahdu
heningmu
heningku
syair kita tak jelas ujung pangkalnya


Nyanyian ini bukan siulan ilalang
pandang terhalang
tarian peri
hutan larangan
atau
sekedar do re mi lagu jiwa lagu cinta


ketika dawai kasih kupetik
sebenarnya
melody sayang tlah naik setengah oktaf
mengubah nada cinta

(lalu kau tersenyum dipaduan tanpa suara)

………………………….

Lonk 2010 (ekspresi hati)

Wednesday, October 27, 2010

* Dibatas Pengabdianku *




Sujudku pegang sumpah
junjung titah
jaga amanah
bila sampai terlepas nyawa ini
terlepaslah
maka
tertunai janji sudah


Matiku adalah kidung senandung
mendung menggulung
tangis bersambung
Wurung

dan
tidur tidurlah Merapiku
Cukup aku akhir tumbalmu

.................................................

Lonk.2010 (renungan)

Saturday, October 23, 2010

* Sangkakala *



Pada kelabu
tabir gelap hampir petang
tak perlu aku remas akar langit
sumbat sendawa alam
bahkan kunafikan deraimu hari ini
sayap kuyup desah sayup
berkabar
meski bukan sekarang
Sangkakala  pasti datang
entah esok
atau kapan kapan


untuk siapa?
kutanya
secemas senja terhilang surya
saat titik rintik menghitung selayak detik
gelisah itu selalu saja ada
disela bergulirnya angka angka
memamah usia

Jika tidak kini
bila pula waktuku tiba?


...............................

Lonk (renungan hidup)

Tuesday, October 19, 2010

* Ambilkan Bulan itu *



Hitammu mengepung bulat bulan
malam
kuning memerah rupa rupa wajah
dimataku
aku ingin menatap bulan itu
Tapi kenapa
pucuk pucuk ranting pohon tak berdaun  menghalang pandanganku
apa dia ingin bicara
atau bercerita
bahkan mungkin saja ingin menuang keluh kesah yang ada


Ah sebentar malam
biar kusapa

(Aku berdiri kendara kaki melangkah hampir sebelum tanya ini mulai)


   “Gerangan apa Tuan hamba gundah gulana,
apa hadirku tak berkenan diminda?”


Diam tanpa jawab tiada kata.
Lagi dan lagi kusapa
akhirnya

  
“ Aku sepi kisanak,aku sepi
duduk kesendirian menguntai kegelisahan
dan hanya bulan itu yang bisa membuatku ada
melukis tubuhku ditiap malam
kala gelap memanggil sejuk angin, bening embun,
meniup dan membasah ujung jiwaku yang kerontang”

   “Aku sedih kisanak, aku sedih”
  “Lihat,daunku tlah jatuh, kulitku sudahlah mengering gering
hingga akarku pun tlah lama membusuk remuk
huhh
senjaku sesungguhnya tlah terlewat
aku berdiri sedih sepi disini menunggu mati”


 (Pohon kering tak berdaun itupun menangis)


Tiba tiba isak terasa memenuh dadaku
sesak
Lidah terikat ucap tercegat
mata berkaca
hangat melekat mengalir begitu saja

   “Kisanak,”
   “Sudikah bila kumohon satu pinta”

   “Apa itu,katakanlah Tuan hamba,”
   “Dengan senang hati aku mengabulkannya,jika bisa”

   “Ambilkan bulan itu untukku”
   “Kan kubuat menjadi nisan diatas keranda malam”
   “Tolong,ambilkan bulan itu”

(Pohon kering tak berdaun berbisik semakin pelan pelan lalu diam tanpa kata menutup mata)

sebutir air menetes diakhir pinta
jatuh
kutadah tangan dan menyimpannya
lantas duduk tepi semayam batang yang diam
ya
kini aku yang menangis
terhiris
memeluknya
memanggilnya
meratapnya

   “Tuan hamba,”
    "bangunlah"
    “aku tlah mengambil bulan itu untukmu”
    “Lihat”
   “Bulan tlah menjelma ditetes air matamu”

................................

Lonk 2010

Monday, October 18, 2010

*Tidak untuk Dijual*



Orang muda bukan sampah
Pak Bu
cuma terbuang
Orang muda bukan patung
Nyonya Tuan
cuma dipinggirkan
tanpa sapa jauh ajar
Atau menjadi penghias gerombol iklan iklan baris
dari terbitnya sebuah catatan yang perlu sorakan
maaf
Hati kami tidak untuk dijual
bukan untuk dilelang
apalagi diperbodohkan

Kalau begini
bila kau mati
Siapa yang harus meneruskan warisan
apa uang?

Pak Bu Nyonya Tuan
jawab ini pertanyaan.
................................

Lonk 2010. 

Sunday, October 10, 2010

THEATER OF SHADOW


Hooong!
jelma kiprah belulang mahesa
mangambrah polah
tak suluk datang jalma jiwa lambang
jadi tari
kiri kanan genggamku
bumi gonjang ganjing langit kelap kelap
jagad jagad purwa carita
pun gumelar


tembang mangambang
ucap ngadungkap
angkara bijaksana duka nestapa tangis tawa
sengketa kuasa
tumpah
diajang palagan pisang batang

Hooong!
anak cucu
resap ini lelaku
sadarlah bahwa telah aku tiup beribu hikmah
ditiap gambaran kisah dan kelebat tanganku
acuhmu hilangnya lakon
pergimu punahku
dan
TANCEP KAYON


****************************
( Peduli warisan seni budaya yang semakin diambang hilang)

Lonk 2010.

Friday, October 8, 2010

Bangun BANG! KANG!



BANG! abang bangun bang
pandang
timbangan njomplang
satu daging lain tulang
sana kenyang  sini kurang
itu gudang ini ngutang 
duh
PINCANG!


KANG! akang bangun kang
hadang
maling terang terang
lewat pintu belakang
undang undang
wah
CURANG!

ATAS  jigang kalung kembang
BAWAH ngangkang  jadi bathang
SUMBANG!

Negri abang bangsa akang
komplang
dikemplang pialang dasi panjang
mula GONCANG
lalu DINGKLANG
trus TUMBANG
sebelum HILANG 

AYO BANGUN BANG! KANG! 
……………………………………


*Lonk 2010*

Sunday, October 3, 2010

IGAUAN MIGRAN



Pertiwi ibuku masih ingatkah kau
yang aku ini adalah anakmu
hasil tetes darah raga gelimpang
juta kepala menyapa ajal

Aku berharap di sebentar
tak bisakah kerlingkan matamu padaku walau sekedar
sebenarku butuh cerita
bagaimana diriku mampu tercipta
sayang
kau bisu lagi buta

Terangkatnya kaki terpaksa meninggalmu 
bukan kutaksayang
tapi berlari mengelak mati
pertahan hidup yang terus dianak tiri

Pedih kala tapak memijak onak
nyeri selindung senyum kekalutan
apa kau perduli
anakmu bertebar memenuh jagad
tak sedikitpun coba menatap
walau hakikat
keringat kami pula yang engkau hisap

Ada rindu
Selaksa jarak berjuta detak
Generasi terbuang simpan hasrat gelegak
Teriak serak
pekik kuping pekak
Biar pecah sekali gendang telingamu
yang tak sudi mendengar tangis pilu
sungguh aku rindu
ingin menunjuk mukamu


Andai hidup tanpa norma tak ada dosa
sudah lama kupenggal kepalamu nista
lalu kutanam bernisan sesal
kutabur seribu tajam pedang makian
inilah aku
bocah kecil yang kau buang dalam selokan

....................................................

( Lonk 2010 )

Friday, October 1, 2010

Kulumat dikau dengan niat

Sebenarnya
saat kucengkam tubuhmu hasratku kianlah memuncak
menguning kulitmu membakar nafsuku
menyinggah benak
larut
luruh ku diserang hendak
pada sosok jenjang panjang
aroma menantang
angan harap melumat idam kenyang

huh
yang terjadi terjadilah
kataku


Akhirnya
coklat coklat tua puting teraba
diam
hingga jemari tak sabar ini beraksi
pun engkau diam
apa engkau rela bisikku
tanpa jawab lagi seribu bisu
bagiku itu setuju

Pelan pelan kubuka
satu persatu tanpa tersisa
dan tatkala terpampang depan mata
sesuatu menggugah selera
akupun tak kuasa

Dengan niat kusergap hajat
Lumat
kulahap dikau di sekejap
nikmat
perut tak lagi hangat
lapar
pun lenyap

hahahaha
akupun bisa tertawa
.......................................
(Tragedi buah pisang)

Lonk 2010

BERBAGI DAN SALING BELAJAR