Lelaki yang biasa disebut ayah itu
bersandar di kursi panjang sisi meja. Matanya senantiasa dengan cepat berkedip,
dahi berulangkali berkerut, nampak sekilas namun jelas bahwa ada resah,gundah
atau sejenisnya di ruang dada yang dihela.
Sementara malam semakin ke
tengahnya.
Dan di kamar itu, berbaring perempuan yang selalu dipanggil ibu. Dampingi anak
gadis semata wayang, yang sedang dilanda bimbang. Di peraduan ia sedang menanam
khayal, berangan bual.
Bercerita panjang tentang kebaikan,kekayaan,kebahagiaan,dengan
mudah bisa didapatkan.Dari sosok jantan asing paruh baya, yang sedari tadi juga
berbaring di sisinya, menunggu kata “ya”.
Mereka tidak tahu, bahwa
lobang-lobang dinding itu sebenarnya sudah penuh berpasang mata yang telah
menyala. Yang lalu menoleh ke halaman, memberikan satu anggukan.
Lelaki seragam sigap berjalan, ayunkan tangan.
Brakk! Brakk! Brakk!
“Buka pintu!”
Brakk! Brakk!
“ Buka!”
Dan ketika pintu terbuka, terlihat sosok-sosok tak merasa dosa.
Dengan raut marah menuding muka, lelaki seragam keras berkata:
“Hei,kamu! dan kamu!”
“
Jangan pernah kau jual anakmu!”
..........................................................................
Lonk’s copyright. 21.03.2012.(minifiksi).