Friday, April 30, 2010

Cerita 3 Angsa



Kecipak riuh air keruh
Tiga angsa bermain bak irama lagu
"Jangan kau buat pekak telingaku dengan ulahmu"
sinis nada di amarahku


Tanpa peduli mereka tetap taksub di cengkeramanya.
"Ah...siapa perduli kami, sosok lemah di ujung kotor. Nyawa kami hanya setimpal dengan sampah di tepi comberan."
"Ah...siapa dengar suara kami, kami teriakpun telinga kalian sudah di tulikan"


Aku bingung,apa arti semua ini,
" Apa maksudmu kawanku...?"tanyaku agak pelan

Di kepak sayap lusuh angsa lalu melenguh....
"Huh,kau sama saja seperti mereka, yang tega menzalimi alam hanya untuk sebuah peradaban".
"Kenapa tak ada yang perduli nasib kami!"
"Dimana kami berteduh?"
"Dimana kami tidur?"
"Dimana kami dan anak anak mencari makan?"


Entah kenapa tiba-tiba kering urat ludahku , tersangkut di tenggorokan.
Tertoreh pedih malu dimuka ini , hilang sudah kata dari nurani.

Si angsa jantan berwajah garang,tapi nasibnya tetaplah malang.
Berkata dalam marah yang sejujurnya tak bisa di ledakkan
"Hei bocah...tahu apa kau tentang dunia?"
"Kalian hanya pandai dalam perkataan, tapi bukan melakukan."


" Lihat di sana!,dulu itulah kebun kami mencari makan, tapi kenapa sekarang tumbuh pohon-pohon besi berserakan, muncul pematang-pematang kaca berhamburan".

"Lihat di sana!,dulu itu sungai kami dalam meneruskan kehidupan , tapi kenapa di penuhi kuda-kuda besi berkeliaran."
"Sebenarnya kami adalah korban dari pemangsa bertopeng hati berlidah ular"

Sayu sudah di lubuk pilu , genderang perang bak terlepaskan.
Apakah benar jerit rintih angsa menari , adalah satu pucuk ketidakpuasan?
Ternyata masih banyak debu terganjal , yang masihlah terabaikan

Dalam senyap heningku...aku tergamam.
Mestikah aku diam hanya karna aku takut salah memberi jawaban?
Dan pantaskah...
KITA TERTAWA DIATAS SERIBU TANGISAN.


-------------------------------------------
by Lonk 

Thursday, April 29, 2010

Siulan Hati Ujung Malam



Pucuk sangkala tertiup di tabir malam,
lepas busur digelinjang resah 
oh,aku terpanah
tembus perih kulit ari
jiwa gemetar sunyi tak terperi

kosong sepi tengadah tatap langit
mulut menganga nafas tersumbat
kelu cengkam
beku malam semakin jahanam


Jangan panggil si lidah api dari katamu
dan kau terbakar di ujung banggamu
Jangan undang si bibir air dari diammu
dan kau tenggelam di akhir pasrahmu


----------------------------
by Lonk

MUSYAFIR KATA




Menatang minyak imbangi langkahmu,
hei!
jangan tertumpah
Ada banyak hati tersiram panas karenamu

Segala hening senyap
resah gulana musyafir lelap
Tutup syair patah lidah kidung
lembar tanya belum dijawab

"Wahai musyafir, bercerminlah dirimu"
"Jangan bertengger di puncak keegoan tika menyerah jiwamu"
"mengikut telunjuk isi kepala tak berhati"
"tak mampu tegak bersandar nurani"

"Dimana garis muka yakinmu yang tak malu menantang bulan"
"tertukar topeng semasa?"
"Teriakanmu melirih,karna isak datang menindih"
"Bagai isi buku yang lari dari baris judulnya"


Penantian akan jawaban rajah cinta
tak berujung jauh dari akhirnya
"Kenapa kau tancapkan tajam batu tuk sekedar memuaskan egomu"
"Cinta?" 
"atau kau yang tak tahu malu?"


Selembar daun jatuh berbalut debu iring perjalanan kisahmu
Bermuara di sanggar hati 
berlabuh di dermaga suka
"Alih arah tujumu wahai musyafir..!!!"
"Bila tidak,"
"tenggelamlah kau di pusaran rasa".

Jangan terpatah tumbuh tunasmu
biar terpisah dari ranting asamu
Mengertilah..
dan biarkan berjalan apa adanya..


-----------------------
by Lonk

BERBAGI DAN SALING BELAJAR