Tuesday, October 19, 2010

* Ambilkan Bulan itu *



Hitammu mengepung bulat bulan
malam
kuning memerah rupa rupa wajah
dimataku
aku ingin menatap bulan itu
Tapi kenapa
pucuk pucuk ranting pohon tak berdaun  menghalang pandanganku
apa dia ingin bicara
atau bercerita
bahkan mungkin saja ingin menuang keluh kesah yang ada


Ah sebentar malam
biar kusapa

(Aku berdiri kendara kaki melangkah hampir sebelum tanya ini mulai)


   “Gerangan apa Tuan hamba gundah gulana,
apa hadirku tak berkenan diminda?”


Diam tanpa jawab tiada kata.
Lagi dan lagi kusapa
akhirnya

  
“ Aku sepi kisanak,aku sepi
duduk kesendirian menguntai kegelisahan
dan hanya bulan itu yang bisa membuatku ada
melukis tubuhku ditiap malam
kala gelap memanggil sejuk angin, bening embun,
meniup dan membasah ujung jiwaku yang kerontang”

   “Aku sedih kisanak, aku sedih”
  “Lihat,daunku tlah jatuh, kulitku sudahlah mengering gering
hingga akarku pun tlah lama membusuk remuk
huhh
senjaku sesungguhnya tlah terlewat
aku berdiri sedih sepi disini menunggu mati”


 (Pohon kering tak berdaun itupun menangis)


Tiba tiba isak terasa memenuh dadaku
sesak
Lidah terikat ucap tercegat
mata berkaca
hangat melekat mengalir begitu saja

   “Kisanak,”
   “Sudikah bila kumohon satu pinta”

   “Apa itu,katakanlah Tuan hamba,”
   “Dengan senang hati aku mengabulkannya,jika bisa”

   “Ambilkan bulan itu untukku”
   “Kan kubuat menjadi nisan diatas keranda malam”
   “Tolong,ambilkan bulan itu”

(Pohon kering tak berdaun berbisik semakin pelan pelan lalu diam tanpa kata menutup mata)

sebutir air menetes diakhir pinta
jatuh
kutadah tangan dan menyimpannya
lantas duduk tepi semayam batang yang diam
ya
kini aku yang menangis
terhiris
memeluknya
memanggilnya
meratapnya

   “Tuan hamba,”
    "bangunlah"
    “aku tlah mengambil bulan itu untukmu”
    “Lihat”
   “Bulan tlah menjelma ditetes air matamu”

................................

Lonk 2010

1 comment:

Kritik dan saran amatlah diharapkan.
Salam hormat & happy blogging.

BERBAGI DAN SALING BELAJAR