Wednesday, May 20, 2015

BUNGA LIARKU (bagian 1).


 

     Tetes airmata kutemui di sebalik tatap kebingungan. Ada sekalimat tak mampu keluar jadi kata kata. Ada pedih yang terkandung, ada sedih tak terbendung. Semua terangkum dalam tanda tanya yang tidak dapat kuuraikan saat itu.
Ah, gerangan apa yang begitu membuatnya terluka?
Ternyata aku masih tak bisa berbuat apa apa. Selain menggandeng tangannya, mengusap butir airmata, sembari mengajaknya duduk berbincang di suatu tempat yang teduh dan lapang.


     Aku hanya mampu mengajarinya cara bagaimana untuk tersenyum. Membimbingnya tentang cara bagaimana untuk melangkah. Menasihatinya berbagai cara bagaimana untuk tegak berdiri.

Bunga liar dalam pagar
Nasibmu malang benar
Kurawat
Kujaga
Kuhiba
Berdirilah dikau tegar

    Mencoba berbicara dalam bahasa hati. Membujuk agar ia berhenti menangis, berhenti meratap, pada sesuatu yang telah meninggalkan, melukakan.
Irisan irisan kepedihan perlahan ingin aku sembuhkan. Meski harus menukar dengan seribu perihku, aku rela. Meski terasa sembilu di hatiku, aku tetap rela.
Semua adalah demi kembalinya sekuntum senyum yang telah hilang, sejambak tegar yang telah pudar, semerbak ceria yang kini tiada.

Ah!
Sebak dadaku...

(BERSAMBUNG bagian 2)

0 apresiasi sahabat:

Post a Comment

Kritik dan saran amatlah diharapkan.
Salam hormat & happy blogging.

BERBAGI DAN SALING BELAJAR